ICON-IMAD XIII 2024: Persaudaraan Islam Melayu Aset Berharga untuk Ciptakan Perdamaian Dunia

UINSGD.AC.ID (Humas) — Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia bekerja sama dengan Faculty of Usuluddin, Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA), Brunei Darussalam, Academy of Islamic Studies, Universiti Malaya (UM), Malaysia dan Faculty of Islamic Science, Prince of Songkla University (PSU), Thailand menggelar International Conference on Islam in Malay World XIII (ICON-IMAD XII 2024) dari tanggal 29-31 Juli 2024.

Ketua Pelaksana ICON-IMAD XIII 2024, Asst. Prof. Dr. Muhammad Roflee Waehama menjelaskan dunia Melayu, yang juga dikenal sebagai Nusantara, mencakup kekayaan budaya, tradisi, dan agama yang beragam yang telah membentuk identitas para penghuninya selama berabad-abad. Di antara berbagai pengaruh tersebut, Islam berdiri sebagai kekuatan dominan yang secara rumit terjalin dalam struktur masyarakat Melayu, mempengaruhi setiap aspek kehidupan dan budaya. “Menyadari pentingnya mempelajari interaksi dinamis ini, Konferensi Internasional tentang Islam di Dunia Melayu (ICON-IMAD) berfungsi sebagai platform penting bagi para peneliti di seluruh dunia untuk mendalami kompleksitas warisan Melayu-Islam dan relevansinya di masa kini,” jelasnya.

Konferensi ini menjadi sangat penting karena berfokus pada tema “Harmony and Development: The Role of Islam in the Malay World for Peaceful Coexistence and Sustainable Progress.”

Menurutnya, dalam konteks global saat ini, di mana konflik dan ketegangan sering kali muncul, peran Islam sebagai agama yang membawa pesan perdamaian dan harmoni sangatlah krusial. Islam di Dunia Melayu bukan hanya bagian integral dari identitas budaya, tetapi juga berfungsi sebagai fondasi untuk pengembangan berkelanjutan dan koeksistensi damai di wilayah ini.

Dengan mengangkat tema ini, ICON-IMAD XIII 2024 bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana prinsip-prinsip Islam dapat diterapkan untuk memajukan pembangunan yang berkelanjutan dan menciptakan masyarakat yang harmonis. Ini mencakup diskusi tentang bagaimana nilai-nilai Islam dapat mempromosikan toleransi, keadilan sosial, dan pembangunan ekonomi yang inklusif. Selain itu, konferensi ini akan mengeksplorasi cara-cara di mana warisan Melayu-Islam dapat memberikan solusi terhadap tantangan kontemporer, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan ketidaksetaraan,” tegasnya.

Dengan mengumpulkan para ahli dari berbagai latar belakang dan wilayah, ICON-IMAD XIII 2024 memfasilitasi dialog, mendorong solusi inovatif, dan memperkuat kerjasama regional.

Konferensi ini menjadi bukti relevansi yang berkelanjutan dari warisan Melayu-Islam dalam menavigasi kompleksitas dunia modern sambil melestarikan kekayaan tradisi yang mendefinisikan Dunia Melayu. Dengan demikian, ICON-IMAD XIII tidak hanya berfungsi sebagai forum intelektual, tetapi juga sebagai katalis untuk aksi nyata dalam membangun dunia yang lebih harmonis dan berkelanjutan.

“Inisiasi ICON-IMAD bermula dari kesuksesan konferensi perdananya, ICON-IMAD I, yang diadakan di Bandung pada November 2011. Sejak itu, konferensi ini berkembang menjadi acara dua tahunan, mengumpulkan para cendekiawan, ahli, dan praktisi untuk membahas isu-isu penting yang dihadapi oleh Dunia Melayu. ICON-IMAD II melanjutkan tradisi ini di APIUM pada tahun 2012, diikuti oleh ICON-IMAD III di Bandung pada tahun 2013,” tuturnya.

Dalam sambutannya, rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag menuturkan “Saya ucapkan terimakasih kepada tuan rumah acara ini yang telah bertungkus-lumus dengan berbagai persiapannya menyukseskan ICON-IMAD ke-13 di Thailand. Semoga menjadi berkah untuk semua. Saya ucapkan juga terimakasih dan selamat berjumpa kepada rekan-rekan dari Malaysia dan Brunei Darussalam. Semoga kerjasama kita terus berkelanjutan dengan penuh keberkahan,” ujarnya.

UIN Sunan Gunung Djati Bandung memberangkatkan 32 orang, peneliti dengan membawakan 22 paper dalam ICON-IMAD ke-13. “Kita berkumpul hari ini untuk memancarkan kembali kecemerlangan intelektual Islam Melayu. Di atas hamparan permadani yang ditenun dari benang kebijaksanaan Al-Quran dan kekayaan budaya Melayu, tradisi intelektual seperti ini telah menjadi mercusuar selama berabad-abad,” tandasnya.

Rektor menyampaikan salah satu ciri pemikiran Islam Melayu adalah penekanannya pada kasih sayang, toleransi, dan keadilan sosial. Ajaran Islam tentang kasih sayang dan kesetaraan sangat sejalan dengan etos Melayu tentang keharmonisan komunal dan rasa hormat terhadap semua orang. Para sarjana Melayu telah mengembangkan penafsiran hukum Islam yang inovatif untuk memenuhi kebutuhan unik masyarakat mereka, dengan memastikan bahwa agama tetap relevan dan responsif terhadap perubahan zaman. Sementara para sufi di dunia Melayu menghasilkan karya-karya yang sangat indah dan berwawasan spiritual, menginspirasi generasi-generasi para pencari kebenaran dan penuntut ilmu.

“Bukti sejarah menggarisbawahi ikatan yang mengakar di antara masyarakat Islam Melayu. Penyebaran Islam ke seluruh wilayah, yang difasilitasi oleh perdagangan dan migrasi, menghasilkan warisan bahasa, budaya, dan agama yang sama. Kesamaan ini memupuk rasa solidaritas dan saling mendukung, sehingga memungkinkan kawasan ini mampu menghadapi berbagai badai tantangan,” paparnya.

Untuk mempertahankan dan memperkuat persaudaraan Islam Melayu regional, diperlukan pendekatan multi-sektoral. Pertama, kita harus berinvestasi dalam program pendidikan dan pertukaran budaya untuk menumbuhkan pemahaman bersama tentang sejarah, agama, dan nilai-nilai. Kedua, inisiatif kerja sama ekonomi harus diprioritaskan untuk menciptakan manfaat nyata bagi masyarakat di Kawasan Asia Tenggara. Ketiga, organisasi masyarakat sipil harus diberdayakan untuk berperan dalam mendorong kemandirian dan kemajuan.

Penting untuk ditekankan bahwa persaudaraan ini bukan tentang eksklusivitas tetapi inklusivitas. Ini tentang membangun jembatan, bukan tembok. Hal ini juga tentang memanfaatkan kekuatan keberagaman untuk menciptakan wilayah yang lebih harmonis dan sejahtera.

“UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia, selalu siap untuk melestarikan tradisi kerjasama regional yang sudah bagus ini. Hal ini pun dapat dilanjutkan dengan berbagai bidang yang berkaitan dengan dharma (ihsan) perguruan tinggi bagi masyarakat, seperti pengabdian kepada masyarakat, penyebaran inovasi, dan raihan prestasi lainnya,” ujar Rektor.

Persaudaraan Islam Melayu daerah merupakan aset berharga yang harus dijaga dan dipupuk. Ini adalah landasan di mana kita dapat membangun masa depan yang bercirikan perdamaian, kemakmuran, dan kemajuan bersama. “Dengan bekerja sama, kita dapat memastikan bahwa warisan nenek moyang kita terus menginspirasi dan mempersatukan kita untuk generasi mendatang,” tandasnya.

Direktur Pascasarjana, objek seminar pada ICON-IMAD 13 ini meliputi: Pertama, Membahas penelitian terdahulu dan saat ini untuk memperkuat posisi Dunia Melayu sebagai pusat pengembangan pengetahuan kontemporer dan penelitian terkini. Kedua, Menarik perhatian pada temuan penelitian di berbagai bidang studi Islam yang akan memberikan manfaat bagi bangsa dan masyarakat. Ketiga, Membangun jaringan akademik dan intelektual global dari para sarjana studi Islam untuk menghasilkan penelitian berdampak tinggi. Keempat, Mengidentifikasi peluang terbaru untuk studi dan penelitian berdampak tinggi di bidang Studi Islam yang belum dieksplorasi.

Berikut ini edisi-edisi ICON-IMAD IV di Negeri Sembilan, Malaysia, ICONIMAD V di Pattani, Thailand, dan ICON-IMAD VI di Brunei, semakin mengukuhkan reputasi konferensi ini sebagai forum terkemuka untuk diskusi lintas disiplin tentang Islam dalamkonteks Melayu. ICON-IMAD VII di Garut dan ICON-IMAD VIII di Langkawi terus menarik peserta, mendorong kolaborasi dan pertukaran pengetahuan.

Semasa Pandemi COVID-19, ICON-IMAD X pada tahun 2021 beradaptasi dengan format virtual, menunjukkan ketahanan dan adaptabilitas dalam menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Meskipun ada kendala, konferensi ini tetap menjadi katalis untuk pertukaran intelektual dan kerjasama.

Setelah Pandemi COVID-19, Konferensi Internasional tentang Islam di Dunia Melayu (International Conference on Islam in Malay World) ke-11 diadakan di Bandung, Indonesia pada tanggal 26-27 Oktober 2022 dengan UIN Sunan Gunung Djati Bandung sebagai penganjur tuan rumahnya.

Kegiatan ICON-IMAD XII, yang diadakan di ADYA Hotel di Langkawi, Malaysia, menegaskan kembali komitmen konferensi untuk menangani krisis kemanusiaan regional.

Dengan mengumpulkan para ahli dari berbagai latar belakang dan wilayah, ICON-IMAD XIII memfasilitasi dialog, mendorong solusi inovatif, dan memperkuat kerjasama regional.

“Konferensi ini menjadi bukti relevansi yang berkelanjutan dari warisan Melayu-Islam dalam menavigasi kompleksitas dunia modern sambil melestarikan kekayaan tradisi yang mendefinisikan Dunia Melayu,” pungkasnya.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *