UINSGD.AC.ID (Kampus I) — “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan bulan yang penuh berkah” (HR. Ahmad).
Berkah adalah: tsubutul khairil ilaahiyyi fissyaiin, menetapnya kebaikan Allah pada satu perkara (Raghib al-Isfahani); ziyadatul khair, bertambahnya kebaikan (Al-Ghazali); dan an-namâ` wa az-ziyâdah, berkembang dan bertambahnya kebaikan (Lisânu al-‘Arab). Bila disimpulkan, ramadhan adalah bulan dimana kebaikan tumbuh, berkembang, bercabang, dan terus bertambah.
Pada dimensi waktu, keberkahan ramadhan ditemui dalam keseluruh bentangan waktunya yang merupakan waktu emas (Golden time). Disimpulkan demikian, sebab pada bulan ini setiap doa akan diijabah, setiap permintaan akan diberi, setiap istigfar akan diampuni, dan setiap kebaikan pahalanya akan dilipat gandakan.
Puasa sebagai ibadah utama di bulan ramadhan jelas menyajikan keberkahan yang berlimpah. Secara bahasa puasa itu adalah al-imsak, yakni mengendalikan diri. Pada wujud jasmani diri dikendalikan dengan mengistirahatkan seluruh organ tubuh pada siang hari dari aktivitas makan dan minum setelah sebelas bulan bekerja tanpa henti. Bila tidak diistirahatkan melalui puasa, diri dalam wujud fisik ini sangat rentan dikunjungi penyakit.
Pada dimensi ruhani puasa mengendalikan potensi hawa nafsu (ilham fuzurah) dengan potensi kebaikan (ilham taqwa). Dalam kendali potensi kebaikan, segenap potensi diri, seperti: akal, hati dan anggota tubuh (al-jawarih) akan dibimbing untuk tunduk patuh pada titah Allah. Dalam kondisi itu diri manusia akan terus bergerak berjalan menuju Allah.
Secara jasmani keberkahan ibadah puasa akan ditemui pada terjaganya fisik dari berbagai penyakit. Sedangkan secara ruhani akan didapatkan melalui bebasnya diri dari berbagai dosa. Bila bebas dosa, maka hidup akan terbebas dari berbagai belenggu kesulitan. Allah mengisyaratkan, “Siapa saja yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia tengah mengerjakan kesulitan atau kemudharatan bagi dirinya sendiri”. (Qs An-Nisa:11).
Keberkahan lainnya akan dipanen pada bulan suci Ramadhan ini dengan menunaikan sholat taraweh berjamaah. Dari Abu Dzar ra, Nabi Saw pernah mengumpulkan keluarganya, lalu beliau bersabda, “Siapa saja yang sholat bersama imam sampai selesai, maka ditulis untuknya pahala sholat sepanjang malam”. Selain itu, Ibadah sunah ini mengkondisikan seorang hamba untuk banyak bersujud kepada Allah. Pada kutub itu, jarak antara Allah dan hambanya berada pada posisi yang teramat dekat.
Bulan suci Ramadhan disebut juga sebagai syahrul qur’an, bulan dimana Al-Qur’an diturunkan. Melalui momentum ini, bertabah pula keberkahan dari bulan suci ini. Dalam Qs. Al-An’am: 155 Allah berfirman,”Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkahi, maka ikutilah Al-Qur’an dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat”.
Diantara rahmat yang akan didapatkan, Allah akan memberi penjagaan bagi orang yang membacanya dari kerugian atau kebangkrutan. “Sungguh orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS Fathir: 29).
Panen berkah akan semakin berlimpah, ketika ibadah puasa, shalat taraweh, tilawatil qur’an dan ibadah Ramadhan lainnya ditunaikan di Mekah dan Madinah melalui ibadah umrah. Pada bulan Ramadhan dua tanah suci itu memberi kebaikan yang luar biasa. Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku” (HR. Bukhari no 1863). Semoga.
Aang Ridwan Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.