UINSGD.AC.ID (Semarang) — UIN Sunan Gunung Djati Bandung mengikuti ajang Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) yang digelar di UIN Walisongo Semarang, Kamis-Minggu (1-4/2/2024).
Rektor Prof. Rosihon Anwar menyambut positif adanya gelaran tersebut. Menurutnya, tema yang diangkat dalam AICIS 2024 ini sangat penting untuk peradaban manusia. “Terlebih tema utama AICIS kali ini terkait dengan peran agama dalam menyelesaikan isu-isu sosial dan kemanusiaan. Banyak hasil riset dipresentasikan pada ajang ini. Saya mendorong civitas akademika UIN Sunan Gunung Djati Bandung untuk dapat mengaksesnya. Banyak temuan-temuan penelitian yang menarik untuk dibaca dan didiskusikan,” tegasnya
Dalam kegiatan yang mengusung tema “Redefining The Roles of Religion in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Rights Issues” itu, empat delegasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung berhasil terpilih menjadi pemakalah dari ribuan pendaftar untuk membahas berbagai persoalan terkait kemanusiaan, perdamaian, keadilan, dan hak asasi manusia.
Keempat pemakalah tersebut ialah Ija Suntana yang membawakan makalah berjudul: Dynamics of Religion, Law, Politics and Economics in Southeast Asia Post Dutch and British Colonialism: Qualitative Description of the Development of Indonesia, Malaysia, and Singapore.
Siti Sanah Sanah dengan makalah berjudul: Representation of Gender Equality in Arabic Textbook forJunior School in Indonesia.
Yayan Muhammad Royani dengan makalah berjudul: Islamic Political Law in Economic Warfare; Indonesian Economic Policy in the Global Economic Struggle.
Doli Witro dengan makalah berjudul: Islamic State University Students’ Perceptions of Products Affiliated with Israel: A Study After the Fatwa of Indonesian Ulema Council No. 83 of 2023 concerning the Law on Support for the Palestinian Struggle.
Dalam pemaparannya, Ija Suntana menyampaikan Asia Tenggara mempunyai sejarah yang panjang sebagai wilayah yang dijajah oleh berbagai kekuatan Eropa, dengan Inggris dan Belanda menjadi dua kekuatan utama yang memegang peranan penting.
Menurutnya, perbedaan pengaruh kolonialisme Inggris dan Belanda terhadap perkembangan agama, politik, hukum dan perekonomian di kawasan Asia Tenggara. “Fokus utamanya adalah pada negara-negara jajahan Inggris, seperti Malaysia dan Singapura, serta negara yang pernah dijajah Belanda, dalam hal ini Indonesia. Meskipun ketiga negara tersebut memiliki warisan kolonialisme yang sama, Malaysia, Singapura, dan Indonesia mengalami perkembangan unik di bidang agama, hukum, politik, dan ekonomi, sehingga menciptakan dinamika regional yang beragam dan kompleks,” jelasnya.
AICIS 2024 berhasil mengumpulkan 1957 makalah dengan 328 makalah yang lolos seleksi untuk didiskusikan secara langsung.
Sebanyak 80 makalah diantaranya akan dipublikasikan melalui 20 Jurnal PTKI yang terindeks Scopus. Sedangkan 100 makalah lainnya akan akan dipublikasikan melalui jurnal-jurnal terindeks SINTA.
Selain pemaparan makalah dan diskusi yang melibatkan berbagai ahli dari dalam dan luar negeri, AICIS 2024 juga diisi dengan KTT Pemimpin Agama yang akan dihadiri para pemimpin otoritas agama dari berbagai negara di wilayah Asia Tenggara.
Forum tersebut melahirkan kesepakatan rekomendasi dalam bentuk Semarang Charter yang direncanakan akan diserahkan kepada Kementerian Luar Negeri RI untuk disuarakan secara global di PBB.
14 tokoh agama yang dijadwalkan hadir dalam forum KTT Pemimpin Agama itu antara lain: KH. Yahya Cholil Staquf (Indonesia); Dr. KH. Abdul Ghafur Maimoen, MA (Indonesia); Prof. Dr. Hilman Latief (Indonesia); Prof. Philip Kuntjoro Widjaja (Indonesia); Venerable Dr. Yon Seng Yeath (Kamboja); YB Datuk Dr. Hasan bin Bahrom (Malaysia); Phra Dr. Anilman Dhammasakiyo (Thailand); Dr. A. Elga J. Sarapung (Indonesia); I Nyoman Jujur (Indonesia); Prof. Dr. Hassanein Al-Saeed Hassanein Ahmed (Mesir); dan Dr. Jassim Mohammed Harjan (Iraq).