(UINSGD.AC.ID) — Sebagai mahasiswa perguruan tinggi berbasis Islam, pastinya kalian tahu dan sering menggunakan sarung kan?? Khususnya untuk kalangan pria, sarung merupakan pakaian yang biasa digunakan untuk shalat. Namun dewasa ini, sarung juga bisa dikenakan oleh seluruh gender dan digunakan pada berbagai kegiatan, lho!
Yuk kenali ragam jenis sarung di Indonesia dengan ragam cara pemakaiannya!
- Sarung Tenun Goyor – Jawa Tengah
Jenis sarung pertama ini merupakan pakaian khas yang dilestarikan oleh masyarakat Jawa Tengah sejak abad ke-14, terutama di daerah Pemalang. Diberi nama Sarung Goyor dikarenakan kata “goyor” tersebut berasal dari bahasa Jawa, yakni berarti lembek.
Kata “goyor” ini merepresentasikan bentuk dan tekstur kainnya yang halus, lembut, dan tidak kaku. merujuk pada tekstur sarung yang cenderung halus dan tidak kaku saat digunakan. Pada awal ditemukannya, Sarung Goyor justru digunakan untuk kehidupan sehari-hari hingga pada akhirnya digunakan juga pada kegiatan resmi dan untuk beribadah.
- Sarung Sutera Bugis (Lipa Sabbe) – Sulawesi Selatan
Sarung Sutera khas suku Bugis ini terkenal dengan kelembutan kainnya. Dengan namanya yang khas, Lipa Sabbe bagi masyarakat Bugis tidak hanya digunakan oleh kalangan pria, namun digunakan juga oleh wanita pada beberapa acara penting, seperti kegiatan keagamaan, pernikahan, aqiqah, dan masih banyak lagi.
Sarung Sutera Bugis telah melanglang buana ke berbagai negara, sehingga pada 2016 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda yang harus dijaga dan dilestarikan.
- Sarung Ulos – Sumatera Utara
Kain sarung bukan hanya digunakan oleh kalangan Muslim saja. Sarung Ulos merupakan bukti bahwa kain sarung merupakan kain tradisional Indonesia yang dapat digunakan oleh berbagai kelangan etnis, suku, dan agama.
Sarung Ulos merupakan pakaian tradisional khas Sumatera Utara yang digunakan untuk acara seremonial suku Batak. Kain sarung ini pada mulanya ditenun khusus oleh kaum wanita yang identik dengan peran perempuan dalam merawat keluarga, anak, dan masyarakat. Tekstur kain Sarung Ulos dari hasil tenunan terkesan kasar, sedangkan jika menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) teksturnya akan lebih halus.
- Sarung Tenun Gedokan – Samarinda
Sarung tradisional berikutnya berasal dari Samarinda. Nama “gedokan” merupakan sebutan masyarakat setempat untuk Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Nama lain dari Sarung Tenun Gedokan ini yaitu Tajong Samarinda.
Menggunakan bahan kain sutra yang didatangkan langsung dari Cina, Sarung Tenung Gedokan ini terkenal dengan tidak pernah menyambung kainnya dengan mesin jahit. Proses penenunan sarung ini biasanya memakan waktu lama, yaitu sekitar 15 hari, tergantung dengan tingkat kesulitan motif.
- Sarung Tenun Poleng – Bali
Jenis sarung tradisional Indonesia ini merupakan pakaian khas umat Hindu di Bali. Sarung Poleng ini memiliki motif hitam-putih atau terkadang diselingi abu-abu. Uniknya, kain sarung ini tidak hanya digunakan sebagai pakaian, akan tetapi masyarakat Bali biasa melilitkan Sarung Poleng pada benda-benda atau tempat tertentu sebagai benda sakral dan penghias.
Selain itu, dengan memadukan dua warna, kain sarung ini memiliki filosofis tersendiri. Hitam pekat dan putih bersih, berarti ada gelap, ada terang, ada kiri, ada kanan, ada lelaki, ada perempuan, serta ada baik, dan ada buruk. (Anisa Hanifah/Magang)