(UINSGD.AC.ID)-Ada masalah komunikasi antar budaya antara masyarakat Indonesia dengan warga negara asing yang sedang berkunjung ke Indonesia. Di Bandung, ada seorang warga negara dari Australia meludahi petugas masjid menjelang subuh, karena merasa terganggu dengan suara tahrim menjelang Subuh, yang di negaranya tidak ada.
Di Bogor juga hal yang sama terjadi, warga negara Prancis cekcok dengan warga setempat, gara-gara terganggu dengan suara azan awal sekitar pukul 3 dini hari, yang di negaranya tidak ada. Di Bali juga ada bule yang marah ketika tidak boleh melewati jalan, karena warga Bali sedang mengadakan acara budaya setempat, dan masih banyak lagi berbagai kejadian lainnya yang dipicu ketidakpahaman budaya masing-masing sehingga meresahkan dan mengganggu ketertiban umum.
Khusus di daerah Bali yang merupakan sentranya para bule berkunjung, namun beberapa bulan yang lalu, aparat kepolisian dengan warga, sibuk menertibkan warga negara asing yang tinggal di Bali. Banyak di antara mereka yang tinggal melebihi batas waktu, dan mereka banyak yang kehabisan uang sehingga bekerja dan melakukan kegiatan-kegiatan yang mengganggu sampai merusak tradisi dan kebiasaan-kebiasaan warga Bali.
Warga Bali dan beberapa daerah lainnya sudah mulai merasa gerah dengan keberadaan warga asing ini yang tidak menghormati budaya lokal yang sudah lama hadir.
Tidak disangkal lagi, identitas bangsa Indonesia ialah ramah, sopan, dan terbuka dengan siapa pun. Inilah yang menjadi harga lebih dan menjadi daya tarik warga negara asing datang ke Indonesia, selain keasrian dan pesona alam Indonesia yang benar-benar memikat. Siapa pun ketika masuk ke wilayah Indonesia akan merasa seperti di rumah sendiri, dan mendapat penghargaan yang sulit didapatkan di negara lain.
Bangsa Indonesia pun bisa dengan mudah menghargai, menerima budaya, dan menggunakan budaya baru. Sudah sangat lama, budaya luar negeri yang berkembang di masyarakat, seperti budaya dari negara-negara Barat, Cina, Arab, dan Korea. Tidak sedikit juga budaya baru lahir yang merupakan kolaborasi budaya asing dengan budaya setempat. Seperti musik dengan musik jazz, rock, dangdut, melayu.
Model pakaian pun mengalami perkembangan pesat yang dipengaruhi model-model pakaian luar negeri. Dalam berkomunikasi pun, seiring semakin mudahnya orang berkomunikasi dengan negara lain, sehingga menambah gaya berkomunikasi masyarakat Indonesia. Seiring dengan berbagai istilah dan bahasa baru lahir dan dengan cepat menyebar di kalangan masyarakat.
Bangunan-bangunan pun banyak yang mengalami perubahan setelah para arsitektur mengadopsi bangunan luar, mulai dari rumah tempat tinggal sampai sarana dan prasana publik. Tidak ketinggalan juga dengan makanan-makanan yang bisa dengan mudah didapatkan makanan khas luar negeri, dan lain sebagainya.
Masyarakat Indonesia dengan budaya yang terbuka ini, ada bahayanya kalau tidak diiringi dengan kekuatan dalam mempertahankan budaya sendiri. Karakter terbuka ini bisa menghilangkan dan menenggelamkan budaya asli, sehingga budaya asli tidak lagi dipahami dan dicintai oleh generasi-generasi penerus.
Sikap ramah, sopan, terbuka dengan orang baru yang dengan budaya barunya, harus diiringi dengan keberanian untuk mengkomunikasikan budaya sendiri. Keberanian dalam mempromosikan budaya sendiri ini, bisa mempromosikan budaya dan mengedukasi para pendatang sehingga mereka memahami budaya kita. Semakin banyak mereka mengetahui budaya kita, maka akan semakin terjalin toleransi antar budaya.
Cara komunikasi antar budaya bisa dengan aksesoris seperti masyarakat Bali, adat Yogyakarta, Batak, dan lain sebagainya, dengan pakaian khas daerah yang begitu banyak di Indonesia. Kemudian memperkenalkan norma-norma yang berlaku di setiap wilayah, baik secara tertulis maupun lisan secara intensif dan massif.
Hal ini diharapkan diketahui oleh warga asing yang datang untuk mentaatinya, dan mengetahui kalau melanggar norma tersebut konsekuensi yang akan diterimanya. Kalau pun ada warga asing yang memang benar melanggar, jangan sungkan untuk memberi sangki dan hukuman yang sesuai dengan jenis pelanggarannya. Ini untuk memberikan efek jera dan pemaksaan agar menghargai budaya lokal.
Jangan pernah malu dan merendah untuk terus menunjukkan identitas budaya diri di rumah sendiri, dengan tetap konsisten mempertahankan nilai sopan, ramah dan terbuka. Pun demikian jangan segan-segan untuk menunjukkan identitas budaya diri ketika berkunjung ke negara lain, dengan tetap memperhatikan etika, budaya, dan hukum negara di mana kita kunjungi.
Bagaimanapun setiap bangsa memiliki peradaban, ada budaya yang diwariskan dari para leluhur yang begitu berharga, dan tentunya harus dihormati oleh siapa pun. Tidak ada budaya yang mengajarkan untuk merendahkan budaya lain. Setiap budaya mengajarkan untuk saling menghargai. ***
Encep Dulwahab adalah pengajar Komunikasi di Jurusan Ilmu Komunikasi UIN Bandung.
Sumber, Ayo Bandung Jumat, 12 Mei 2023 | 19:01 WIB