DARI RAMADHAN UNTUK HAJI MABRUR

(UINSGD.AC.ID)-Sebagai ajmalul madrasati (sekolah terindah), ramadhan sejatinya menghantarkan orang beriman bisa meraih empat gelar mulia, yakni; ahli taqwa, ahli ilmu, ahli syukur, dan ahli irsyad. Simpulan ini dipahami dari ujung surat Al-Baqarah ayat: 183, 184, 185 dan 186. Substansi keempat ayat ini, semuanya terkait dengan pelaksanaan ibadah puasa.

Dalam pentujuk Qs Adz-Dzariat ayat 16-18, ahli taqwa itu memiliki lima karakter mulia. Sepanjang hidupnya di dunia ia produktif berbuat baik. Ia sedikit tidur di waktu malam, karena Ia habiskan untuk ruku dan sujud menghadap Allah dalam shalat tahajud. Setelah itu, ia habiskan waktu sahur sebagai golden time untuk tulus memohon ampun. Dengan harta yang ia miliki, Ia santuni fakir miskin, baik yang meminta-minta maupun yang tidak minta-minta. Berikutnya, Ia jalani hidup dengan totalitas keyakinan kepada Allah.

Sebagai sekolah terindah, selain melahirkan ahli taqwa, ramadhan sejatinya bisa pula melahirkan ahli ilmu. Dalam HR Bukhari dan Muslim sebagaimana diterima dari Abu Musa, ilmu itu dimetaforkan Rasulullah SAW ibarat ghaits (hujan) yang membasahi tanah. Namun tanah yang dibasahi hujan itu berbeda jenis. Ada jenis naqiyyah, ajadib, dan qi’an.

Tanah naqiyyah adalah tanah yang bisa menyerap air hujan. Dengan begitu ia dapat menumbuh-suburkan ragam rerumputan dan tetumbuhan. Tanah ajadib adalah tanah yang hanya bisa menampung air hujan dan tidak bisa menyerapnya. Di atas tanah ajadib air hujan menggenang. Meski demikian genangan airnya sangat bermanfaat, baik untuk memenuhi ragam kebutuhan hidup manusia, pengairan lahan pertanian, peternakan, dll. Sedangkan tanah qi’an adalah jenis tanah yang tidak bisa menampung maupun menyerap air hujan. Karenanya ia tandus.

Ahli ilmu itu seumpama tanah naqiyyah atau ajadib. Mereka mendapatkan ragam ilmu yang Allah turunkan. Ilmu itu Ia kaji, Ia internalisasi untuk memperkaya ranah kognisi dan afeksi. Kemudian ilmu itu ia praktikan pada ranah konasi. Setelah itu, Ia ajarkan ilmu itu kepada orang lain. Dengan begitu, manfaatlah ilmunya dalam mencerdaskan dan mencerahkan sesama. Pada kutub ini, ahli ilmu dijamin Allah derjatnya mulia (Al-Mujadalah:11).

Gelar mulia berikutnya, yang sejatinya diraih alumni ramadhan adalah ahli syukur. Dengan segala fasilitas yang Allah berikan. Sebut saja; setiap permintaan akan diberi, setiap do’a akan kabulkan, setiap istigfar akan ampuni, setiap kebaikan pahalanya dilipat gandakan, sampai anugerah satu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan. Semua itu Allah berikan, agar kita pandai bersyukur.

Ibnu Qayim, dalam bukunya ‘Uddah As-Shabirin wa Dzakirah Asy-Syakirin (1429: 187), menyebut ahli syukur itu adalah mereka yang mengakui semua nikmat berasal dari Allah. Karena itu ia selalu memuji Allah dan memanfaatkan segala nikmat itu untuk taat dan mendekatkan diri kepada Allah. Gelar mulia lainnya sebagai output ramadhan adalah ahli irsyad, yakni seorang mukmin yang memiliki kompetensi dalam membimbing diri, keluarga, dan masyarakat luas kepada jalan yang lurus, yakni dienul Islam.

Dalam raihan gelar mulia sebagai ahli taqwa, ahli ilmu, ahli syukur dan ahli isryad, seorang calon tamu Allah yang akan berangkat haji tahun ini, sesungguhnya bukan hanya telah memiliki modal tetapi juga telah memiliki bekal untuk meraih haji yang mabrur. Semoga.

Aang Ridwan, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Sumber, 2 Mei 2023

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *