Amalan Terbaik di Bulan Puasa

(UINSGD.AC.ID)-Puasa adalah salah satu ibadah istimewa yang kata Rasulullah “tiada bandingannya”. Salah satu aspek yang membuatnya istimewa selain keutamaan puasa adalah adanya pelajaran terbaik dari ibadah puasa.

Ramadhan merupakan bulan terbaik bagi beribadah, banyak pahala yang akan diperoleh orang yang berpuasa, disamping diturunkannya berkah, magfirah, dan pembebasan manusia dari api neraka, bagi orang yang berpuasa disediakan syurga yang khusus yang bernama “Arrayan”. Kelak orang-orang yang berpuasa di bulan ramadhan akan dipanggil masuk pintu ini, sebagai balasan ketaatannya beribadah puasa. Rasulullah bersabda “Barang siapa yang berinfak sedikit saja untuk dua kendaraan di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, ”Wahai hamba Allah ini adalah hasil kebaikanmu!” Jika ia ahli salat, maka akan dipanggil dari babus shalah (pintu salat), jika ia ahli jihad maka akan dipanggil dari babul jihad (pintu jihad), jika ia ahli sedekah maka akan dipanggil dari babus sadaqah (pintu sedekah), jika ia ahli puasa maka akan dipanggil dari pintu puasa atau babur rayyan (pintu Ar-Rayyan).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam mengisi bulan ramadhan yang berlimpah pahala ini, terdapat amalan-amalan terbaik yang dianjurkan oleh Rasulullah, amalan ini memiliki pahala besar dan pelajaran yang berharga terutama ketika sedang berpuasa, amalan-amalan terbaik inilah yang akan berbuah syurga.

Pertama, taalil-Qur’ani (pembaca Al-Qur’an), memasuki bulan ramadhan hendaknya diisi dengan membaca dan mempelajari al-Quran, sebagai jalan untuk mendapat derajat yang tinggi dari Allah, itu pulalah yang dicontohkan Nabi, yang pada setiap bulan ramadhan senantiasa bertadarus al-Quran bersama malaikat Jibril
Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah (Al-Qur’an), naiklah (pada derajat-derajat surga) dan bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dengan tartil di dunia. Sesungguhnya kedudukan derajatmu pada kadar akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Ahmad).

Orang-orang yang lisannya senantiasa digunakan untuk membaca kalam Allah SWT setiap waktu dan kesempatan yang ada. Bahkan, saat lapang maupun sempit.

Selain dirindukan oleh surga, orang yang rajin membaca Al-Qur’an hatinya akan menjadi tenang. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ar-Rad ayat 28 sebagai berikut: Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.

Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Rad: 28). Berdasarkan ayat tersebut, dengan mengingat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang maka hati akan menjadi tenang. Jika dimaknai lebih dalam, Al-Qur’an adalah obat hati bagi manusia agar hidup bahagia di dunia dan di akhirat.. Sebagaimana firman-Nya: “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al Isra: 82).

Kedua, haafizhul-Lisan (orang yang menjaga lisannya), puasa disamping menahan lapar dan haus, juga dimaksudkan menahan segala yang merusak pahala ibadah termasuk menjaga dan mengendalikan lisan / puasa lisan. Dalam sebuah hadis dikatakan, “Wahai Rasulullah, ada seorang wanita yang hanya melaksanakan salat wajib saja dan hanya bersedekah dengan sepotong keju namun dia tidak pernah menyakiti tetangganya.”Nabi Muhammad SAW lantas menjawab, “Dia termasuk penghuni surga.” (HR. Bukhari). Orang yang menjaga dan mengendalikan lisan terbaik ini termasuk orang-orang yang beriman. Disebutkan dalam sebuah hadits Nabi SAW yang berasal dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda: Artinya: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dari hari akhir hendaklah dia berkata yang baik, atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dari hari akhir menghormati tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dari hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Malah Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menjelaskan, ada 14 macam bahaya lidah, salah satunya adalah perkataan yang tidak bermanfaat yang dapat membuat hati kasar.

Ketiga, muth’imul-ji’aan (orang-orang yang memberi makan pada yang kelaparan). Salah satu pelajaran penting dari ibadah shaum adalah terciptanya sikap empati terhadap orang yang kelaparan, yang mereka puasa karena terpaksa dengan keadaan, sehingga menyantuni mereka salah satu yang Allah dan Rosul perintahkan,
Rasulullah SAW bersabda, “Siapa pun kaum mukmin yang memberi makan mukmin lain yang kelaparan, maka pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya makanan dan buah-buahan surga.” (HR. Tirmidzi).

Orang yang senantiasa membantu orang yang membutuhkan. Allah SWT akan membalas kebaikan yang dilakukan oleh hamba-Nya. Bahkan, kelak di hari kiamat Allah SWT akan memberikan makan dari buah-buahan surga.. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Siapa pun mukmin memberikan makan mukmin yang kelaparan, pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya makanan dari buah-buahan surga. Siapa pun mukmin yang memberi minum mukmin yang kehausan, pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya minum dari minuman surga. Siapapun mukmin yang memberikan pakaian mukmin lainnya supaya tidak telanjang, pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya pakaian dari perhiasan surga.” (HR. Tirmidzi).

Orang yang senantiasa menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Maka, bersyukurlah bagi mereka yang senantiasa melaksanakan puasa Ramadhan. Kehadiran mereka dirindukan oleh surga. Allah SWT juga telah menyediakan pintu surga bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis yang berasal dari Sahl ra. Rasulullah SAW bersabda: Artinya: “Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa di hari kiamat masuk dari pintu itu. Tidak dibolehkan seorang pun memasukinya selain mereka. Lalu dikatakan, “Dimana orang-orang yang berpuasa?” Mereka pun bangkit, tidak ada seorang pun yang masuk kecuali dari mereka. Ketika mereka telah masuk, (pintunya) ditutup dan tidak seorang pun masuk lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pada akhirnya, target akhir puasa bermaksud membentuk pribadi yang bertaqwa. Yang mentaati perintah Allah dan menjauhi larangannya. Sebagaimana firman Allah : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah : 183). Jadikan puasa kali ini adalah puasa yang terbaik di sepanjang hidup kita, puasa yang memiliki arti dan pelajaran terbaik, melakukan amalan ibadah yang terbaik sehingga berbalas syurga dari Allah Subhanahu wata’ala, wallohu a’lam.

Dr. H. Dadan Suherdiana, M.Ag., Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Sumber, Galamedia 8 April 2022

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *