Sudah hampir setahun kita hidup dalam suasana pandemi. Sungguh tak nyaman dan kadang penuh ketakutan. Namun percayalah, selalu banyak pelajaran bagi yang beriman. Memang kehidupan manusia senantiasa dihiasi dengan berbagai ujian. Oleh karena itu, belajarlah dari semua pengalaman. Sedih dan bahagia dipergilirkan, senyum dan tawa datang dan pergi. Manusia diuji dengan kenikmatan agar bersyukur, dilatih dengan musibah agar bersabar. Sudah semestinya, syukur, sabar, ihlas dan tawakal menjadi modal mengarungi bahtera kehidupan. Allah SWT berfirman, “…Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)…” (QS. Ali Imran: 140).
Sepanjang perjalanan kehidupan, akan banyak hal yang ditemui. Setiap yang dialami, hendaknya dijadikan pelajaran dan kenangan. Jika kepedihan, jadikan sebagai suluh semangat. Apabila kebencian, jadikan sebagai pemantik keberanian. Merasakan kebahagiaan, jadikan sebagai tabungan, yang mana saat sedih menghujam, ambil lah bahagia di jiwa agar luka tak dalam dan menganga. Hidup manusia di antara itu. Maka belajarlah dari benci, pedih, kalah, menang dan bahagia, sebagai guru pengalaman paling berharga.
Melalui kekalahan kita belajar tentang bangkit dari keterpurukan, menerima kekalahan dan berdamai dengan kenyataan. Dari kemenangan, belajarlah tentang proses meraihnya, menghargai siapa pun yang ikut serta terlibat. Kemudian rayakan kemenangan sebagai deposit optimisme dikala hantaman ujian mendera, agar pesimisme tak mendominasi diri. Rasa benci mengajarkan kita lapang dada, serta mengakui kelemahan diri.
Umar ibn Khaththab mengungkapkan, “Aku tidak peduli apakah aku sedang mengalami apa yang aku sukai atau sedang mengalami apa yang aku benci. Karena aku tidak tahu apakah kebaikan itu ada di dalam apa yang aku sukai atau ada di dalam apa yang aku benci.” Allah SWT berfirman, “…Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS. Al-Baqarah: 216).
Yakinilah, kemudahan akan selalu datang bersama kesulitan. Bersama usaha dan ikhtiar, selalu terdapat harapan. Ada waktu yang tepat untuk setiap kejadian, karena Allah SWT telah mendesain mana yang terbaik untuk makhluk ciptaan, termasuk semua insan. Ketika kesulitan telah memuncak, jangan pernah dikuasai keputusasaan. Sediakan tempat besar untuk mengumpulkan kekuatan. Ketika bahagia terus bersama, perbanyaklah bersyukur dan jangan terlena hingga lupa.
Sadarilah sepenuh hati, dunia ini hanya tiga hari. Hari kemarin yang sudah berlalu, hari ini yang sedang dijalani, dan hari esok yang penuh misteri. Teruslah berbuat kebaikan dan menebar manfaat. Jadikanlah hari kemarin dan hari ini benar-benar bermakna, rencanakan esok sebaik mungkin untuk menunaikan tugas sebagai hamba.
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Bersegeralah kalian untuk mengerjakan amal-amal saleh, karena akan terjadi bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita. Yaitu seseorang pada waktu pagi dia beriman namun pada waktu sore dia kafir. Dia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia.” (HR. Muslim). Wallaahu A’lam.
Iu Rusliana, Dosen Fakultas Ushuluddin (FU) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Sumber, Hikmah Republika 1 Februari 2021