Rizky Rahmatullah Hariri, mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) Fakultas Ushuluddin (FU) UIN Sunan Gunung Djati Bandung menjadi satu di antara 15.000 mahasiswa “Relawan Kemanusiaan Melawan Covid-19” yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19 dari 25 Mei-26 Juni 2020.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menjelaskan gerakan ini bisa terwujud karena motivasi kuat para mahasiswa kesehatan dan bidang-bidang lain yang ditunjang semangat gotong royong memberikan kontribusi secara sukarela bagi masyarakat demi memerangi pandemi yang mengancam masa depan Indonesia.
Relawan mahasiswa ini dapat membantu pemerintah daerah melakukan pelacakan (tracing and tracking), membantu pelayanan call center di pusat maupun daerah serta pusat-pusat layanan Covid-19.
Tugas relawan mahasiswa ini untuk melakukan komunikasi, edukasi dan informasi (KIE), serta pendampingan secara daring, dan apabila mendesak dapat membantu melakukan penelusuran kontak di bawah pengawasan manajer di wilayahnya.
Minimnya pemahaman masyarakat tentang gejala dan risiko pandemi Covid-19 membuat mahasiswa yang pernah mengikuti program Student Exchange ke University Putra Malaysia ini merasa terpanggil untuk bergabung sebagai Relawan Covid-19 Nasional (Recon).
“Bagi saya menjadi seorang relawan Kemendikbud itu pengalaman hidup yang tidak pernah saya lupakan selamanya karena ini merupakan salah satu momen penting bagi keluarga mereka nanti. Awal mula saya mengikuti relawan ini adalah mencari informasi di media sosial tertera relawan Kemendikbud dan di sana saya tertarik untuk mengikutinya dengan itu saya mendaftar di akun resmi Kemendikbud,” tegasnya, Ahad (21/06/2020).
Setelah melakukan pendaftaran (14-23 Maret 2020) dan dinyatakan lulus untuk bergabung pada Program Tele KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) dengan mengikuti pelatihan Covid-19 berupa pengenalan gejala-gejala awal virus Corona dan mendapatkan materi tentang kedokteran. Program Kemendikbud ini bekerjasama dengan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia dalam mempermudah kinerja para relawan Covid-19 Kemendikbud.
Tele KIE merupakan bagian program aplikasi daring Recon yang diluncurkan Kemdikbud melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi berupa pendampingan secara daring kepada masyarakat dalam hal pencegahan dan penanganan Covid-19 oleh para relawan mahasiswa kesehatan.
“Sebenarya menjadi relawan itu tidak sulit yang penting kita mau kita berusaha untuk menjadi yang terdepan dan juga membantu saudara-saudara kita yang menjadi korban dari keganasan virus covid-19. Metode skrining pun diajarkan kepada relawan untuk memahami dan mendapatkan data-data yang akurat, sehingga peningkatan kasus virus ini menjadi susut,” jelasnya.
Salah satu tugasnya untuk memberikan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat lingkungan sekitar tentang bahaya virus corona dan cara pencegahannya. Tentunya, pendampingan berupa komunikasi, infomasi, dan edukasi yang dilakukan secara rutin sesuai kondisi pelapor setiap harinya.
Di bawah supervisi case manager tiap wilayah, relawan juga melakukan pendampingan secara daring melalui grup pada aplikasi telegram baru melaksanakan tugas sebagai relawan. Tugas ini seluruhnya dilaksanakan full secara online melalui website relawan.kemdikbud.go.id dan platform lain seperti Whatsapp dan jaringan selular.
“Saya mencatat setiap anggota keluarga di lingkungan yang berdekatan dengan relawan, bukan hanya sekedar mencatat tetapi juga memberikan pertanyaan berupa kuesioner yang sudah dipersiapkan oleh pilot project untuk masing-masing anggota keluarga. Pertanyaannya seperti Apakah anda mengetahui tentang Covid-19? Apakah Anda saat ini sedang bergejala atau tidak? Nah itulah sekilas contoh pertanyaan dari kuesioner,” ujarnya.
Dari hasil kuesioner itu dikirim melalui pilot project untuk menjaga data awal dalam menangani kasus-kasus di lapangan dan ditindaklanjuti untuk menjadi bahan informasi kepada Satgas Covid-19 di Jakarta yang akan dipublikasikan setiap 1 hari sekali yang ditayangkan TV nasional.
“Alhamdulillah bersyukur dan menjadi kebanggaan bagi dirinya sendiri bisa membantu orang lain dan negeri. Ini sangat bermakna karena kita bisa belajar, berbagi dari masyarakat, sehingga dapat membuka mata, hati untuk terus melakukan perbuatan yang memberikan manfaat karena sebaik-baik manusia itu harus berguna untuk diri sendiri, orang lain, agama, Nusa dan bangsa,” ucapnya.
Sebagai Relawan Covid-19 Nasional (Recon) kategori nonkesehatan ini secara sukarela berpartisipasi untuk mengubah pola pikir masyarakat terkait isu-isu yang berkembang seputar wabah corona.
Pemberitaan negatif dan hoax terkait Covid-19 yang tersebar di media sosial menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Terutama berkaitan dengan informasi seputar kasus positif, PDP, OTG, maupun ODP yang kian meningkat.
Melalui Recon Nonkesehatan, Mendikbud menjalankan program bernama Balai Edukasi Corona (Balai Erona). Projek Balai Erona bertujuan memberi edukasi berupa video dalam 33 bahasa daerah yang akan laksanakan oleh tiga tim: videoanimator, audio actor, promotor-evaluator yang menjadi garda terdepan promosi kesehatan dan evaluasi.
“Untuk teman-teman yang sedang menjadi relawan maupun mahasiswa maka anjuran dari relawan Satgas Covid-19 adalah tetap menjaga protokol kesehatan menjaga social distancing dan juga tetap memperhatikan orang disekitar kita apakah orang tanpa gejala atau bukan, sehingga kita akan menjaga diri kita dan orang lain dari virus yang mematikan ini,” pesannya.
Mengenai keterlibatan Rizky Rahmatullah Hariri dalam kegiatan relawan kemanusiaan Covid-19 Kemendikbud, Ketua Jurusan AFI, Dr. Neng Hannah, M.Ag sangat mengapresiasi untuk melakukan edukasi masyarakat tentang wabah Corona.
Pandemi covid 19 merupakan musibah kita bersama. Semua elemen bangsa harus bersatu untuk menghadapinya karena tidak hanya berdampak pada kesehatan, melainkan juga pendidikan, ekonomi dan sektor lainnya.
“Hariri sebagai mahasiswa AFI UIN Bandung tergerak hatinya untuk berperan. Hal ini ia buktikan dengan mencari informasi dan ahirnya mendaftar menjadi relawan Covid-19 Kemendikbud. Jurusan sangat mengapresiasi karena salah satu profil lulusan AFI ialah menjadi analis filsafat dan sosial keagamaan, kegiatan relawan yang dilakukan Hariri ini di antaranya untuk memperkuat daya analisis,” paparnya.
Upaya penyiapkan mahasiswa agar memiliki kemampuan atau keterampilan lebih yang relevan di luar disiplin ilmu yang dimilikinya. Misalnya ada seorang lulusan jurusan Aqidah Filsafat yang ingin memiliki kemampuan lain dalam memetakan persoalan kemanusian atau kemasyarakatan, maka ia perlu membekali dirinya dengan ilmu sosial.
Ia perlu melengkapi kemampuannya dengan mengambil mata kuliah analisa sosial atau sosiologi misalnya. Ini menjadi peran yang menarik untuk Prodi dalam menyiapkan standar ekuivalensi mata kuliah. “Untuk itu, model pembelajaran seperti magang, melakukan pengabdian kepada masyarakat yang tergabung dalam relawan Covid-19 ini bisa menjadi contoh penerapan kampus merdeka belajar,” tegasnya.
Dekan Fakultas Ushuluddin (FU) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Dr. Wahyudin Darmalaksana, M. Ag sangat mendukungan terhadap mahasiwa yang aktif di komunitas kemanusiaan dan kemasyarakatan.
Di masa pandemi empati terhadap sesama yang terdampak wabah sangat dibutuhkan. Empati dapat berupa kegiatan kepedulian untuk melawan Covid-19. Seperti tergabung di relawan kemanusiaan yang digagas resmi oleh Kemdikbud.
“Aktifitas kerelawanan menjadi barometer kompetensi sikap yang diterapkan bagi mahasiswa di Fakultas Ushuluddin. Hal ini pun merupakan tugas sebagai mahasiswa selaras dengan semangat dan ide kampus merdeka dan merdeka belajar. Kami mengucapkan selamat dan sukses telah bergabung di relawan kemanusiaan dengan tetap sehat dan aman,” pungkasnya.
Sumber, Warta Nusa 21 Juni 2020