Kita hidup di tengah wabah. Setiap hari kita berkelindan dengan kekhawatiran tentang berakhirnya kehidupan. Tak ada jalan lain, suka atau tidak, kita harus terbiasa hidup di tengah pandemi. Berjuang untuk tetap terjaga di tengah krisis yang melanda.
Pada saatnya, badai bisa saja berlalu. Dan kekhawatiran akan lenyap seiring waktu. Tapi kita tidak pernah tahu kapan itu? Bukankah ilmu pengetahuan pun belum sanggup menaklukkannya?
Berandai-andai tanpa usaha adalah habisnya harapan. Bermimpi tanpa aksi adalah pupusnya spirit menjaga kehidupan. Berangan-angan tanpa tindakan adalah isyarat tak berharganya nyawa yang ditiupkan Tuhan.
Di tengah usaha para ilmuan menemukan penangkalnya. Di iringan doa dan pinta yang dipanjatkan para tokoh agama. Mari memasuki “kenormalan baru” dengan kewaspadaan yang tetap terjaga. Mari menyongsong fajar kehidupan yang mungkin aneh, tetapi tetap memperhitungkan segala sesuatunya. Dengan menyiapkan usaha semampu kita bisa melakukannya.
Mudah-mudahan Allah azza wajalla menjaga dan memelihara kita semua.
Tabik!
#YaaMuhamiinYaaSalam
Dr. Radea Juli A. Hambali, M.Hum, Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung.