8 Tips Pengelolaan Masjid Zaman Now

UINSGD.AC.ID (Humas) — Masjid (Ikomah, Kampus II) adalah tempat kaum muslimin (civitas akademika UIN Sunan Gunung Djati Bandung) beribadah, terutama salat berjemaah. Selain itu, berbagai ibadah lainnya juga dilakukan disana. Penerimaan zakat, infak, sedekah, majelis taklim, pelatihan, dan sebagainya.

Di era yang kian modern ini, banyak masjid-masjid percontohan yang punya konsep unik dan sangat dirasakan manfaatnya oleh para jemaah. Sebut saja masjid Jogokaryan di Jogjakarta atau masjid Namira di Lamongan.

Ada beberapa hal yang bisa kita contoh dari masjid-masjid percontohan tersebut. Kali ini aku mau berbagi tips yang saya rangkum dan renungkan dari berbagai sumber mengenai pengelolaan masjid. Gampangnya lebih kurang hal-hal inilah yang akan saya lakukan kalau diberi amanah menjadi pengelola suatu masjid.

1. Penerangan, terutama di pengimaman

Poin pertama soal penerangan. Masjid sebisa mungkin memakai penerangan yang cukup, terutama bagian pengimaman. Di beberapa masjid dan musala, saya temukan di bagian pengimaman tidak diberi lampu, padahal ini sangat dibutuhkan, misalnya ketika harus membaca sesuatu, doa, dan sebagainya.

2. Sound system, terutama mic untuk imam

Poin kedua soal sistem sound. Saya senang jika salat di masjid yang sistem sound-nya cukup baik, apalagi terdapat mic atau pelantang khusus imam yang suaranya jelas terdengar sampai makmum pada saf terakhir di masjid atau musala.

Mic yang digunakan imam bisa berupa mic lavalier atau mic yang biasanya ditaruh di baju bagian atas dekat mulut. Bisa juga memakai mic kondensor yang letaknya dekat tempat pengimaman dengan syarat mic tersebut mampu menerima suara pada jarak sekian meter. Untuk mic jenis kedua ini biasanya imam perlu sedikit lebih keras ketika menjadi imam salat.

Untuk rekomendasi mic lavalier dan mic kondensor akan saya beri tautannya setelah ini.

3. Mimbar dibersihkan berkala

Poin ketiga soal mimbar. Mayoritas minbar yang dipakai di masjid dan musala adalah mimbar dari kayu. Pembersihan secara berkala perlu dilakukan. Pun dengan mimbar yang dibuat dari kaca atau bahan lainnya.

Untuk membersihkan mimbar, bisa diawali dengan memakai kemoceng dilanjutkan memakai lap basah dan diakhiri dengan lap kering atau kanebo.

Dengan pembersihan berkala, mimbar akan tampak terawat dan tentu saja nyaman dipakai khatib ketika berkhutbah atau siapa pun yang memakainya untuk menyampaikan informasi tertentu.

4. Ventilasi dan penyediaan pendingin ruangan

Poin keempat soal ventilasi dan penyediaan pendingin ruangan. Sirkulasi udara yang baik akan membuat jemaah semakin betah. Biasanya perlu beberapa jendela di sekeliling masjid.

Bisa juga memakai pendingin ruangan seperti AC (Air Conditioner) atau minimal kipas angin tembok. Bila memakai AC, tentu akan lebih baik bila pintu selalu dalam keadaan tertutup ketika AC dinyalakan agar AC berfungsi lebih maksimal.

Keberadaan kipas angin atau pendingin tidak hanya untuk jemaah. Bila perlu pasang juga di pengimaman agar imam dan khatib semakin nyaman ketika berada di pengimaman atau mihrab.

5. Kebersihan masjid secara umum (disapu tiap hari, dipel minimal 2 hari sekali)

Poin kelima soal kebersihan secara umum. Sebisa mungkin setiap hari disapu minimal sekali. Syukur-syukur kalau bisa dua kali. Pagi fan sore misalnya. Jangan lupa juga untuk mengepelnya 2 hari sekali atau minimal satu minggu srkali menjelang salat Jumat. Hari-hari ini semakin banyak alat semacam sapu elektrik dan pel serbaguna yang semakin memudahkan pengguna baik dari segi waktu maupun tenaga yang dikeluarkan. Meskipun tentu saja harus merogoh kocek yang tidak sedikit.

Kalau masjid memasang karpet, karpet perlu dibersihkan dengan vacuum cleaner seminggu sekali dan disemprot pewangi. Setahun sekali karpet perlu di-laundry agar terjaga kebersihannya.

Untuk kamar mandi juga jangan dilupakan. Kalau bisa dibersihkan setiap hari. Enaknya sih pagi hari selepas Subuh karena jarak dengan salat Zuhur cukup panjang. Bila ada tempat Al-Qur’an, etalase, jam dinding, atau barang lainnya, perlu dibersihkan berkala misal seminggu sekali, sebulan sekali, atau minimal setahun sekali.

6. Pewangi ruangan

Setelah dibersihkan, akan jauh lebih baik bila masjid atau musala diberi pewangi ruangan. Pewangi bisa dipasang di depan AC atau kipas angin. Bisa juga memakai pewangi elektrik yang bisa menyemprotkan pewangi setiap 10, 20, atau 40 menit sekali. Alat pewangi elektrik ini cukup ditempelkan pada dinding strategis agar jemaah semakin betah berlama-lama di masjid.

7. Kotak infak dengan sistem keamanan ketat (pasang cctv, gembok, kunci)

Poin ketujuh soal kotak infak. Kalau bisa membeli kotak infak dengan tingkat kemanaan tinggi, silakan dibeli. Misalnya kotak amal seperti brankas uang di bank yang biasanya cukup berat dan sistem pengamanan dengan kode unik.

Bila kotak infak terbuat dari kayu atau mungkin kotak kaleng biskuit atau cat, maka perlu dipasang pengaman seperti gembok. Gembok pun usahakan untuk memilih yang punya sistem pengamanan ketat. Hal ini untuk menghindari hal-hal tidak menyenangkan seperti pencurian uang kotak amal seperti yang marak terjadi.

8. Strategi pengelolaan keuangan uang infak jamaah

Poin kedelapan sekaligus terakhir adalah perihal strategi pengelolaan keuangan kotak infak. Saya pribadi menemukan di beberapa masjid memiliki saldo kotak infak hingga ratusan juta. Nah, hal semacam ini sebenarnya tidak masalah, tetapi kadang kala kita tidak menemukan penggunaannya secara maksimal untuk kesejahteraan dan kenyamanan jemaah. Uang infak jemaah terkesan menumpuk saja dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, bahkan tahun ke tahun.

Dana infak jemaah bisa digunakan untuk operasional mssjid seperti pembayaran listrik bulanan, PDAM, pengecatan, perbaikan kamar mandi dan tempat wudu, biaya transport penceramah Jumat dan kajian, dan lain-lain.

Dana infak juga bisa digunakan untuk pengadaan alat, seperti sistem sound, pelantang, karpet, kipas angin, dan sebagainya.

Bisa juga digunakan untuk menggaji marbut masjid, mengadakan kajian rutin harian atau mingguan dengan pemateri profesional di bidangnya, mengadakan bakti sosial, pengobatan gratis, sarapan gratis tiap minggu, bantuan modal udaha tanpa riba, membantu perbaikan rumah jemaah, dan berbagai kegiatan positif lainnya yang pada intinya adalah dana infak jemaah tersalurkan dan digunakan sebagaimana mestinya. Jemaah akan sangat senang bila infak yang mereka berikan digunakan untuk menebsr manfaat ke sebanyak mungkin orang.

Intinya semua hal di atas dilakukan demi terciptanya keamanan dan kenyamanan bagi para jemaah masjid dan juga pengelolanya. Mari kita semarakkan masjid dan musala dengan pengelolaan profesional. Begitulah kira-kira gambaran pengelolaan masjid zaman now. Kira-kira ada masukan lain terkait pengelolaan masjid?

Muhammad Amin, dosen muda Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Sunan Gunung Djati Bandung

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *