UINSGD.AC.ID (Kampus II) — Dalam tiga dasawarsa terakhir sejak kelahirannya di era 90-an, perkembangan Baitul Maal wa tamwil (BMT) atau sering kali di sebut Koperasi Syariah di Indonesia berkembang pesat dan juga berjalan dengan baik.
Dadang Husen Sobana, dosen ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Gunung Djati Bandung menyampaikan, meski jumlahnya masih sedikit bila di banding yang konvensional, BMT (koperasi syariah) terus berkembang.
Ironisnya, dalam satu dasawarsa terakhir mengalami grafik yang turun naik, “menggembirakan kadang juga menyedihkan, kejujuran dan etika kadang berbalik dengan prinsip islami yang mesti dijalankan pengelolanya, hingga tak mampu bertahan lama dan tak sedikit yang berakhir di balik jeruji besi,” tegasnya, Kamis (1/2/2024).
Ibarat pepatah, tumbuh dan subur bak jamur di musim hujan, tapi juga tak sedikit yang berguguran di tengah jalan bak musim gugur berjatuhan.
Data tahun 2021 menunjukan, terdapat 150.223 koperasi syariah, di mana 1,5 persen di antaranya merupakan Koperasi Pembiayaan Simpan Pinjam Syariah (KSPPS). Ada 2.253 kelompok KSPPS dengan total keanggotaan 1,4 juta (Intani & Muhammad, 2022).
“Bila mau jujur dan datang langsung ke lapangan, sedikit sekali BMT yang mampu bertahan dan survive. Masih survive, namun masih belum atau bahkan sudah jauh dari menjalankan prinsip-prinsip sesuai syariat Islam,” jelasnya.
Selaku Ketua KSPPS BMT Al-Muhsinin Bandung memberikan 7 tips dalam mengelola keuangan BMT ala Dadang Husen Sobana, ahli keuangan mikro Syariah ini.
1. Literasi dulu anggota dan calon anggota sebelum masuk anggota. Berikan dulu pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang apa itu BMT dan Koperasi Syariah. “Ini starting pointnya, biasanya masyarakat kita cenderung ingin langsung aja menandatangani yang ditawarkan tanpa berkeinginan untuk membaca terlebih dahulu,” paparnya.
2. Pendampingan yang kontinyu dan tidak mengenal lelah, menyerah dari para pengurus, karyawan pada anggota, terutama anggota pembiayaan atau peminjam. “Ini bisa melalui sarana silaturahmi langsung atau online dengan dibuatkan group WA pembiayaan atau penyimpan,” tuturnya.
3. Berbasis lah kebutuhan, bukan keinginan anggota dalam penyaluran pembiayaan. “Pengalaman membuktikan, rata rata anggota mengajukan pembiayaan ingin gede aja padahal ketika di hitung dan ditanya mereka sering tidak sesuai kebutuhan,” ungkapnya.
4. Berikan kenyamanan dan tanamkan kebersamaan pada karyawan oleh pengurus. Bisa dilakukan dengan memberikan insentif dan reward serta healing yang terencana dan terprogram. “Dengan begitu kebocoran, kelalaian dan kecurangan bahkan manipulasi bisa di tekan bahakan hilang sama sekali,” sarannya.
5. Mulailah digitalisasi di semua aspek BMT. Aspek keuangan termasuk yang urgent. “Transparansi dan kemudahan menjadi prasyarat untuk bisa maju dan bertahan untuk mendapatkan kepercayaan anggota,” ujarnya.
6. Jangan lupa, buatlah tulisan yang di pigura atau kata-kata mutiara: bisa dari ayat atau hadits, orang bijak yang berkaitan dengan BMT di ruangan, di kantor BMT secara dinamis. “Sederhana tapi biasanya sangat membekas dan diingat terus oleh para anggota dan masyarakat umum yang datang ke BMT,” tandasnya.
7. Buatlah group komunikasi dan sarana silaturahmi berbasis teknologi, “ada group WA, Instagram, telegram dan lain sebagainya, hingga tiap hari semua anggota itu terkontrol dan dapat membaca kiriman-kiriman informasi terkait BMT maupun prinsip-prinsip keislaman harian yang dikirimkan pengurus atau pengelola web BMT. Semoga bermanfaat ya,” pungkasnya.