4 Cara dan Tanda Mendapatkan Cahaya Allah

Ilustrasi cahaya / NU Online

UINSGD.AC.ID (Humas)“Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. An Nur : 35).

Dalam lanjutan ayat pada surah An Nur, Allah menyebutkan tempat untuk menemukan cahaya (Hidayah).

Allah berfirman: فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ

“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang”. (QS. An Nur: 36).

Kata para ulama Mufasir, yang dimaksudkan dengan buyuts dalam ayat ini secara khusus adalah masjid-masjid Allah Subhanahu wata’ala. Di masjid Allah di sanalah tempat bagi kita untuk mendapatkan hidayah dan petunjuk sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was allam menjadikan masjid-masjid Allah sebagai tempat tinggal yang paling diridhoi dan paling dicintai oleh Allah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Tempat yang paling dicintai oleh Allah dalam suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya”. (HR. Muslim).

Ma’asyiral Muslimin Ahli Jum’ah rahimakumullah,

Ciri-ciri orang yang mendapatkan cahaya Allah Ustadz Dr. Amir Faishol Fath, MA menjelaskan, sesungguhnya jiwa manusia sangat membutuhkan siraman cahaya wahyu. Tidak mungkin manusia menghindar dari cahaya tersebut.

Siapa yang menghindar pasti celakai dirinya sendiri. Ini adalah kebutuhan fitrah manusia. Karena hanya dengan cahaya tersebut manusia menjadi manusia. Tanpa cahaya wahyu, manusia hanya tinggal bentuknya manusia, tapi isinya binatang.

Pertama: Memfungsikan Semua fasilitas jasmani dan Rohani: Semua fasilitas jasmani yang diberikan Allah otomatis tidak berfungsi sebagaimana tujuan yang Allah kehendaki. Sebab, mata, otak, hati, dan kecerdasan yang ia miliki hanya digunakan untuk kesia-siaan. Allah sendiri menyebut rumah-Nya di Makkah dengan nama “baytullah” (rumah Allah). Sebab kata rumah menunjukkan makna lebih khusus. Dan fitrah manusia selalu ingin punya kekhususan (privacy).

Allah SWT melebihkan derajat sebagian makhluk-Nya atas sebagian yang lain. Sebagian manusia, Allah jadikan lebih utama daripada sebagian manusia yang lain. Sebagian tempat, Dia jadikan lebih utama daripada sebagian tempat yang lain. Dan sebagian waktu, Dia jadikan lebih utama dibandingkan dengan sebagian waktu yang lain. Cahaya Allah bagi seorang muslim, nikmat paling besar adalah hidayah dan petunjuk yang Allah berikan kepada sebagian hambanya yang ia kehendaki. Kita bersyukur kepada Allah jika termasuk yang mendapatkan hidayah dan petunjuk tersebut yang senantiasa menuntun hati untuk tunduk dan patuh kepadaNya, menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Hidayah dan petunjuk adalah merupakan milik Allah Subhanahu wata’ala. Berfiman:

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.dan barangsiapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah Subhanahu wata’ala maka tidak ada yang mampu memberikan cahaya dan petunjuk kepadanya”. (QS. An Nur :35).

Dalam ayat lain: “Allah Pelindung orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (Iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. QS. Al-Baqarah: 257).

Untuk mengetahui lebih lengkap Khutbah Jumat tentang 4 Cara dan Tanda Mendapatkan Cahaya Allah oleh Prof. Dr. H. A. Rusdiana, Drs., MM., Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung silahkan kunjungi laman Naskah Khutbah Jumat ini

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *