Shaum, Fitrah & Investasi SDM

Assalamualaikum Wr Wb
Allahu akbar 9x
Jamaah idulfitri yang dimuliakan Allah swt

Alhamdulillah kita panjatkan kepada dzat Rabbulizzati. Takbir, tahmid dan tahlil menjadi untaian lafadz kemenangan kita sampai pada akhir ramadhan. Kebahagiaan, karena kita berhasil menuntaskan amalan-amalan terbaik pada bulan yang penuh rahmat, berkah dan magfirah. Bahagia, sebab kita telah belajar banyak tentang menahan diri, berbagi, sabar, tadarus, dan qiyamul lail. Dan juga hadir dalam diri kita kesedihan, sedih karena Ramadhan telah berakhir, khawatir jika kita tidak dapat menjumpainya kembali di tahun depan.
Salawat dan salam mudah-mudahan senantiasa tercurah limpah kepada panutan ummat, Nabi Muhammad saw. Perilaku dan qudwah-nya berdampak dan berimplikasi bagi peradaban manusia. Sehingga kita senantasa semaksimal mungkin dan sekemampuan kita mengikuti sunnah-sunnahnya.

Allahu akbar 3X walillahilhamd
1 Syawwal umat Islam berkumpul di tanah lapang, masjid, surau, dan langgar untuk menumpahkan kesyukuran atas apa yang telah dilakukannya di bulan ramadhan. Setiap orang diwajibkan mengeluarkan zakat fitrahnya sesuai dengan ketetapan, dan disampaikan kepada yang berhak, sebagai manifestasi saling berbagi. Keluarga berkumpul saling memaafkan. Inilah momentum berkumpulnya kaum muslimin.

Hadirin jamaah id rahimakumullah
Shaum menjadi ibadah yang spesial, karena Allah langsung yang akan mengganjar amalannya “as-shaumu lii wa ana ajzi bihi”. Karena shaum ini dikerjakan pada waktu khusus, yakni diwajibkan di bulan ramadhan (QS. al-Baqarah 183). Karena shaum, menjadi ibadah yang private, antara hamba dengan Tuhannya. Shaum telah mengajarkan kita untuk peduli dengan sesama, merasakan apa yang dirasakan orang-orang yang tidak mampu. Shaum juga memberikan kesempatan bagi kita untuk lebih banyak berinteraksi dengan keluarga, melalui sahur dan berbuka. Shaum akhirnya mendorong kita untuk senantiasa bersyukur dan menempa diri menjadi bagian dari orang-orang bertaqwa.

Shaum ramadhan juga menghantarkan kita pada situasi, jika ada pertamuan maka pasti ada perpisahan. Tidak ada yang abadi, semuanya adalah titipan dari Allah Swt. Harta, jabatan, kedudukan, kapasitas, keunggulan, kebahagiaan, kesedihan, kekurangan adalah titipan. Fakullu maa hua aatin aatun. Maka, situasi ini menggambarkan kepada kita, untuk mawas diri, tidak merasa inferior saat dibawah, atau eksterior jika diatas. Sikap kita selaku mu’minim yang telah menyelesaikan shaum ramadhan adalah, senantiasa seimbang memaknai proses kehidupan.

Ramadhan telah berakhir, dan kita sekarang berada pada hari yang fitrah, 1 syawwal. Fitrah berasal dari kata dasar fathara, yang sepadan dengan khalaqa dan ansya’a. Dalam al-Quran digunakan untuk menunjukkan pengertian mencipta, menjadikan sesuatu yang sebelumnya belum ada, dan masih merupakan pola dasar yang perlu penyempurnaan. Dalam kamus Munjid, makna harfiah dari fitrah adalah al-ibtidau wal al-ikhtira’u, yakni al-sifatu allati yattasifu biha kullu maujudin fi awwali zamani khalqihi. Makna lain adalah shifatu al-insani at-thabiiyyah.

Berdasarkan makna tersebut, manusia yang mampu menyelesaikan program dan amalannya dengan baik pada bulan ramadhan, maka sejatinya ia mendapatkan kesempatan untuk bertransformasi menjadi yang lebih paripurna, lebih baik, lebih maksimal. Kita mendapatkan kesempatan untuk merenda kehidupan kita lebih baik. Karena telah mendapatkan nutrisi ramadhan, dan subsidi ganjaran berlipat ganda dari amalan kita. Maka, pada awal bulan syawwal ini kita disunnahkan untuk saling meminta maaf. Dalam tradisi kita di Indonesia dikenal dengan mudik, saling berkunjung, saling bersalaman. Langkah-langkah tersebut adalah langkah awal positif dalam menapaki kesempatan setelah fitrah. Karena, jika kita hendak berubah haruslah dimulai dari kita sendiri (QS. ar-Ra’du: 11) sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.

Hadirin yang dimuliakan Allah
Manusia akan berhadapan dengan persoalan hidup yang senantisa berubah dan kompleks pada masanya (QS. Al-Baqarah;155) “Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta jiwa, dan buah-buahan. Dan sampapikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”. Misalnya, persoalan yang dihadapi pada zaman Nabi Muhammad. Beliau memilih da’wah secara sembunyi-sembunyi di awal perjalanan dakwahnya di Mekkah, pilihan tersebut diambil karena jika dilakukan secara terang-terangan akan menimbulkan implikasi yang kompleks.

Selanjutnya pada zaman khulafaurrasyidin, persoalan kehidupan umat Islam pun berubah, menjadi bagaimana menyebarkan Islam jauh lebih luas di luar kota Mekkah dan Madinah. Dan pada dewasa ini, persoalan mendakwahkan Islam di media sosial menjadi persoalan hidup manusia. Jarimu harimau-mu, melalui jari tangan kita dapat menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin dan muslim bagian penting dari dunia, atau bahkan sebaliknya melalui jari tangan, umat Islam menjadi bumerang dan trigger kepahitan hidup manusia.

Ramadhan mengajarkan kita untuk bersabar. Tahu kapan waktu sahur dan berbuka puasa. Karena semuanya butuh proses, yang instan itu pasti bermasalah. Kesabaran untuk menjadi berhasil, sabar untuk menjadi, sabar itu butuh proses. Sejarah mencatat, bagaimana Konstantinopel ditaklukan, karena buah dari kesabaran. Sejak sabda Nabi Muhammad tentang bahwa “pemimpin yang menaklukkan Konstantinopel adalah sebaik-baiknya pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baiknya pasukan”. Maka upaya untuk menaklukkan kota tesebut dimulai oleh Muawiyyah bin Abu Sofyan tahun 44 H, kemudian tahun 98 H oleh Sulaiman bin Abdul Malik. Dan akhirnya pada tahun 857 H, Konstantinopel ditaklukkan oleh Muhammad al-Fatih.

Kesabaran yang dimiliki oleh al-Fatih tidak hanya proses regenerasi keyakinan dan pemikiran dari sabda Rasul, akan tetapi ia menyiapkan strategi dan armada pasukan dengan baik dan terencana, mendirikan benteng besar dit pinggir Bosporus. Langkah ini tidak senantiasa sesuai rencana, dalam kondisi berusia muda, ia mendapakan “pengkhianatan” dari Galagata, Hongaria dan Venezia. Itulah nilai kesabaran yang butuh kerja keras dan proses, bukan diam termenung menunggu bintang jatuh dari langit.

Hadirin jamaah id rahimakumullah.
Manusia yang berhasil, bukan manusia yang tanpa masalah atau musibah. Akan tetapi, manusia yang mampu menghadapi musibah dan masalah tersebut kemudian menyelesaikannya. Karena musibah dan masalah bagi manusia telah ada dalam kitab Allah, sebagaimana firman Allah(QS. al-Hadid : 22 – 23).
Artinya : “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.”

Menjadi manusia yang mampu dan siap menghadapi musibah, tentu membutuhkan waktu. Seiring dengan kompleksnya masalah maka, persiapan mewujudkannya pun harus dengan persiapan matang. Ali bin Abi Thalib khalifah keempat mengingatkan “didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka akan hidup bukan di zamanmu. Kompleksitas hidup hari ini, pasti tidak akan sama dengan 5, 10 tahun yang akan datang. Karenanya, mempersiapkan atau berinvestasi SDM yang baik dan terencana adalah perbuatan yang mulia.

Dan Allah telah mengajarkan Nabi Muhammad dan umatnya tentang hal itu, misalnya bagaimana mempersiapkan futuh Mekkah, melalui mimpi Nabi Muhammaddalam QS al-Fath 48;27. “Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, Insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedangkan kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.” Dan karena kaum Quraisy mengkhianati perjanjian Hudaibiyah, maka terbukalah jalan bagi Nabi untuk membebaskan kota Mekkah menjadi tanah haram kembali, dan futuh Mekkah terjadi pada bulan Ramadhan. Pembebasan ini, karena Rasul telah mempersiapkan dengan baik. Aspek keimanan 10 ribu sahabat nabi, sehingga yakin dengan firman Allahbahwa umat Islam akan memasuki masjidil haram. Aspek psikologisnya untuk menunaikan perintah Allah dan Rasulnya, termasuk persiapan untuk memasuki kota Mekkahnya itu sendiri.

Allahu akbar 3x
Investasi SDM, adalah perintah ajaran Islam. Termasuk saat al-Quran diturunkan pada bulan ramadhan. Islam mengajarkan kita untuk membaca, dan pemaknaan perintah membaca pada awal surat al-alaq mencakup 2 hal; 1) manusia-lah yang diperintah untuk membaca, dan makna membaca adalah juga meneliti, mengkaji, mendiskusikan, proses aktif-kreatif. 2) objek membaca yang tidak ada, namun harus sesuai dengan nama Dzat Rabb Izzati. Artinya apapun diperkenankan kita untuk dibaca asalkan dengan niat yang baik. Dua hal ini memastikan kepada kita untuk mempersiapan SDM, berinvestasi SM yang baik. Semakin baik investasi SDM dilakukan, maka semakin baik kita dapat membaca apapun. 

Dengan terpilihnya desa Panggungharjo di Kabupaten Bantul, Jogjakarta sebagai desa terbaik nasional tahun 2014 karena Kepala desanya, Wahyudi Anggoro Hadi, memiliki banyak gagasan cemerlang antara lain karena ia memiliki budaya baca tinggi. Karang Taruna Desa Banyu Tengah di Kabupaten Gresik yang pernah menyandang predikat Karang Taruna Terbaik Nasional. Ketua dan Wakilnya, Suripno dan Taufik Rohman, adalah dua anak muda yang akrab dengan budaya baca dan aktif berorganisasi untuk membentuk diri dan karakter mereka. Hasilnya, mereka menjadi sosok anak muda yang memiliki daya saing dan produktif sebagaimana dicita-citakan Presiden Jokowi dan dituangkan dalam Nawacita.

Presiden Jokowi tak pernah bosan menegaskan bahwa melalui pendidikan masa depan suatu bangsa dipertaruhkan akan menjadi seperti apa. Budaya baca adalah bagian dari tanggungjawab pendidikan. Artinya, sistem pendidikan, mulai dari tingkat dasar sudah harus mampu menumbuhkan iklim bagi tumbuhnya budaya membaca. Melalui budaya membaca kita bisa menumbuhkan wawasan kultural dan kesadaran budaya masyarakat dengan cara sederhana. Budaya membaca juga akan menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat sebagai prasyarat tumbuhnya ekosistem budaya yang sehat. Kesadaran kritis hanya bisa dipupuk melalui budaya membaca yang pada akhirnya akan melahirkan masyarakat yang cerdas, memiliki daya saing tinggi dan produktif. Jika masyarakat kita berdaya saing tinggi dan produktif, maka langkah menuju kesejahteraan hanya tinggal setapak lagi.(http://presidenri.go.id)

Maka, pasca ramadhan kita harus menancapkan diri untuk mau berinvestasi SDM dengan baik, bukan asal-asalan. Bukan asal banyak. Bukan bergerombol. Bukan hanya berhimpun. Bukan hanya bergerak. Tapi SDM yang siap berkompetisi, yang tangguh, yang memiliki distingsi, yang terikat dengan nilai-nilai ramadhan. Karena SDM yang telah dipersiapkan dengan baik, dapat mendorong suasana academic athmosphere yang baik, mendulang mimpi yang baik, memciptakan generasi yang lebih baik. Dan itulah makna fitri pasca shaum ramadhan. Akhirnya, mudah-mudahan amal ibadah kita di bulan ramadan bermakna dan memberikan dampak positif atas kefitrahan kita. Sehingga kita dapat berinvestasi dengan baik.
Wassalamualaikum Wr Wb. []

Dr. H. Dindin Jamaluddin, M. Ag, Dosen Fak Tarbiyah dan Keguruan, Ketua LPM UIN SGD Bandung.

Sumber, Khutbah Idul Fitri 1439 H yang dilaksanakan di Kampus UIN SGD Bandung 

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *