Meneladani Rasul, Pemimpin harus Menyatu dengan Umatnya

[www.uinsgd.ac.id] Sepanjang zaman dibutuhkan keteladanan karena bisa mentranspormasikan untuk dijadikan sebagai panutan dalam menjalankan kehidupan. “Sunggung berbahagialah orang yang diteladani dan beruntunglah yang kita teladani itu sosok Muhammad Rasulullah yang dijadikan sebagai uswahnya” ungkap Prof Dr. H. Afif Muhammad, MA, Ketua Program Studi Religious Studies dan pendiri Aqidah Filsafat saat menyampaikan Orasi Ilmiah dalam acara Aqidah Filsafat Fair 2012 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Aqidah Filsafat (AF) Fakultas Ushuluddin yang bertajuk “Meneladani Sosok Nabi Muhammad SAW dengan Berkarya dan Berbagi antar sesama” di Auditorium Utama UIN SGD Bandung, Senin (21/5)

“Jika para pemimpin menyatu dengan umat atau masyarakatnya, maka akan gampang meneladaninya. Karena Rasulullah sadar akan hal itu. Oleh karenanya ia sangat menyatu dengan para sahabat dan saking menyatunya kita tidak bisa membedakan mana yang dinamakan Nabi, Umar, Abu Bakar saat berada di mesjid sebab secara fisik sama. Jadi kita sulit membedakanya” jelasnya

“Dalam kontek kampus. Jika para dosen menyatu dengan mahasiswa maka akan mudah diteladani. Oleh karena itu, jika kita ingin diteladani harus menyatu dengan umatnya” tambahnya

Memang secara fisik nabi Muhammad itu diceritakan tidak besar, tidak kecil, kepalanya besar dari rata-rata, keningnya lebar, rambutnya ikal panjang, matanya hitam, halisnya melengkung hitam seperti hurup nun terbalik, berjalanya seperti menuruni tangga, biacaranya halus, sederhana. “Anak saya yang lulusan ITS merindukan sosok Muhammad, sampai-sampai pada saat makan berpisah dari keluarga, mojok. Ketika ditanya kenapa makanya mojok karena mengikuti cara Rasul yang makan dengan tiga jari. Ketika saya tanya dari mana sumbernya dari buku yang Bapa tulis. Ya. Memang Rasul makan dengan tiga jari, tapi yang dimakan itu korma. Kalau kita nasi. Kapan selesainya jika harus menggunakan tiga jari” saranya

“Perlu kita meneladani Rasul, tapi kita juga mesti melihat konteknya. Untuk itu, menjadi penting memberikan keteladanan guna mentranspormasikan diri supaya mengikuti jejak langkah Rasul” pesanya

Meneladani rasul itu dengan tiga cara; “Pertama, Mencintai Ilmu. Sampai-sampai dalam hadits Rasul memerintahkan kita untuk selalu belajar dan mencari ilmu sampai ke negeri China. Kedua, Menjaga lisan dan tangannya supaya tidak gemar melakukan tindakan kekerasan, sweeping terhadap yang berbeda pendapat. Ketiga, Sangat toleran dan mengakui perbedaan-perbedaan. Untuk urusan ini rasul sangat toleran pada saat terjadi perjanjian hudaibiah yang tidak bersedia mencantumkan Rasul pada diri Muhammad” tuturnya

Orang yang berhasil meneladani Muhammad itu bukan yang dekat, bersama dihidup denganya. “Akan tetapi pada masa yang diakhir zaman yang rindu untuk meneladani Rasul” pungkasnya

Acara Aqidah Filsafat 2012 yang dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Ushuluddin, Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M.Ag. yang didampingi oleh Pembantu Dekan (PD) I, H. Mulyana, Lc., M.Ag., PD III, Drs. Afghoni, M.Ag., Ketua Jurusan AF, Muhlas, S.Ag., M.Hum. dan Seketaris Jurusan AF, Didin Komarudin, M.Ag.

Dalam sambutanya Dekan sangat memberikan apresiasi dan mendorong kegiatan-kegiatan yang menumbuhkan kultur akademik di kalangan kampus “Untuk itu, mari kita meneladani Rasul dari Fakultas Ushuluddin karena jurusan AF itu tidak seram” pesannya

Kajur menambahkan “Tema ini sangat diperlukan karena keteladanan di kalangan pemimpin sudah jarang ditemukan. Selamat menyelenggarakan Aqidah Filsafat Fair 2012.Mudah-mudahan berjalan dengan lancar” harapnya [Ibn Ghifarie, Dudi]

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *